Profil Pondok Pesantren
Memasyarakatkan Pesantren dan Memesantrenkan Masyarakat
Dengan
dukungan dari masyarakat, pesantren ini berdiri demi tegaknya syiar Islam di
bumi Mataram. Berawal dari Mushala sederhana, kemudian menjadi pesantren yang
mencetak generasi Aswaja yang telah tersebar di berbagai belahan bumi Nusantara
Mentari masih bertengger dengan
anggun di ufuk barat ketika lamat-lamat terdengar suara anak-anak kecil mengeja
ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan semangat membara. Mereka terlihat antusias
menerima penjelasan dari para ustadz. Terkadang, gelak tawa mengembang seketika
saat sesekali sang Guru melontarkan guyonan-guyonannya.
Seperti itulah suasana setiap sore di Pesantren Binaul Ummah yang terletak di Desa Wonolelo, Pleret, Bantul, DIY. Dengan dukungan masyarakat yang begitu besarnya, pesantren ini berdiri di bawah asuhan KH. Ikhsanudin Muslim, seorang santri jebolan Universitas Baghdad, Irak!
Sejarah
Berdiri
Tahun 1986, KH. Ikhsanudin kembali
ke tanah air setelah menimba ilmu di Baghdad, Irak. Pada tahun itu juga, Kiai
Ikhsan diminta oleh KH. Ali Maksum untuk mengabdi di almamaternya, Pesantren
Krapyak Yogyakarta. Sebagai seorang santri, Kiai Ikhsan menuruti permintaan
sang guru. Di tahun 1990, Kiai Ikhsan diminta oleh KH. Marzuki, Kota Gede untuk
menjadi pengasuh di Pesantren Imogiri. Sekali lagi Kiai Ikhsan mengiyakan
permintaan tersebut. Akan tetapi, hal itu tidak berlangsung lama. Setahun
kemudian, Kiai Ikhsan kembali ke kampung halamannya di Desa Wonolelo, Pleret,
Bantul Yogyakarta. Sejak saat itulah sedikit demi sedikit santri mulai
berdatangan dan ngangsu kaweruh kepadanya
Semakin hari, semakin banyak santri
yang berdatangan untuk mengaji, baik mengajin al-Qur’an maupun agama. Selain
itu, banyak juga santri yang ingin tinggal menetap di rumah Kiai Ikhsan.
Melihat kenyataan tersebut, Kiai Ikhsan merasa prihatin, karena saat itu belum
ada tempat untuk menampung para santri yang ingin menetap.
“Saat itu hanya ada mushala kecil
nan sederhana yang belum proporsional,” kenang Kiai Ikhsan saat
ditemui BANGKIT.
Seiring dengan banyaknya santri yang
terus berdatangan, Kiai Ikhsan lalu mengumpulkan para wali santri dan
menyampaikan problematika yang ada. Setelah pertemuan itu, para wali santri dan
masyarakat setuju untuk gotong royong membangun tempat tinggal santri.
“Inginnya saya waktu itu, tempat
tinggalnya yang sederhana, rumah gubuk. Tapi justru dari wali-wali santri harus
permanen. Dikhawatirkan kalau nggak permanen saya akan pergi lagi,” cerita Kiai
Ikhsan.
Akhirnya, Pondok Pesantren Binaul Ummah didirikan dengan dukungan penuh dari masyarakat. Ada yang nyumbang semen, pasir, batu, bata, dan kayu. Tetapi mayoritas wali santri dan warga menyumbang kayu, karena di daerah tersebut masih terdapat kayu yang melimpah. Ada juga yang menyumbang genteng dan ada yang hanya menyumbang tenaga. Sedangkan para tukang menawarkan diri untuk bekerja di malam hari, karena saat siang mereka mencari nafkah untuk anak istri. Begitulah, semua komponen masyarakat bersatu padu mendirikan pesantren di tengah-tengah mereka yang diresmikan pada tanggal 24 November 1998.
Pengajian
Untuk Masyarakat
Bagi wali santri dan masyarakat, ada
beberapa pengajian yang khusus diperuntukkan untuk mereka. Pengajian
tersebut di antaranya, pengajian telaah al-Qur’an Ahad pagi, mujahadahan malam
Jum’at, sema’an al-Qur’an dan Mujahadahan Kamis Pahing. Khusu untuk kegiatan
yang terakhir, setelah mujahadahan dilanjutkan dengan informasi terkait
kepesantrenan, baik aktivitas santri selama satu bulan maupun tentang
perkembangan santri.
Jumlah santri di pesantren Binaul Ummah saat ini, mencapai ratusan, terdiri dari santri yang menetap dan ratusan santri yang tidak menetap. Alumninya pun sudah tersebar di berbagai belahan bumi Nusantara. Dari jumlah santri tersebut, Pesantren ini telah meraih banyak prestasi, baik di tingkat kabupaten maupun nasional. Prestasi-prestasi tersebut di antaranya ialah pernah mengirimkan lomba tahfidz ke tingkat nasional tahun 2010, di Jawa Barat, juara satu Musabaqoh Tilawatil Qur’an tingkatan SD tahun 2005, Juara satu tafsir al-Qur’an bahasa Indonesia putri tingkat kabupaten tahun 2010, dan juara satu Tahfidul Qur’an 20 jus tingkat kabupaten serta masih banyak yang lainnya. (Rokhim).Yayasan Pondok Pesantren Binaul Ummah juga mendirikan sekolah formal yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Qur’an Binaul Ummah merupakan Madrasah Tsanawiyah yang berbasis pesantren dalam hal ini di bawah naungan pondok pesantren Binaul Ummah, Desa Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kab. Bantul Yogyakarta. MTs Al Qur’an Binaul Ummah ini di kemas dengan memadukan antara kurikulum nasional dan kurikulum pesantren. dengan program unggaulan pilihan yaitu tahfidz al-qur’an dan kajian kitab kuning (Qiraatul Kutub). Selain itu, Mts Al-Qur’an dibuka dengan menerapkan empat bahasa (indonesia, Inggris, Arab, dan Daerah) sebagai bahasa keseharian dan pengantar pembelajaran serta pengenalan teknologi informasi dalam rangka mencetak siswa-siswi unggul dalam ilmu pengetahuan agama, umum dan teknologi serta berakhlak santri.